Selasa, 22 Januari 2013

Warna - Warni II



Bersandar


Mimpiku juga berwarna-warni

Transaksi

Angry Bird dan Kawan

Ayam Partai

Foto dari acara Sekaten 2013 di Solo

Warna - Warni I

Ceriakan harimu dengan warna-warni terang dan cerah. 

  Ini Bolaku... Mana Bolamu...

Kelomang/Keong Hias/Pongpongan

Mainan anak untuk masak dari gerabah

Celengan, tempat menabung uang dari gerabah

Mainan

Kapal Otok-otok

Foto diambil dari acara Sekaten 2013 di Solo. 

Senin, 17 September 2012

CIU BEKONANG

Ciu adalah minuman beralkohol yang  dibuat dari hasil fermentasi limbah cair dari proses pembuatan gula alias tetes tebu dengan kadar alkohol 30%.  Dinamakan Ciu Bekonang karena ciu ini dibuat di desa Bekonang Sukoharjo. Saat anda memasuki desa Bekonang telah tercium bau kecut yang memang merupakan sentra industri. Industri rumahan yang telah ada sejak dahulu secara turun temurun.  Pada jaman kepemimpinan raja-raja Surakarta dahulu, ciu selalu disajikan saat diadakan pesta panen raya maupun penyambutan tamu kerajaan dan dinikmati sampai mabuk oleh para punggawa kerajaan beserta rakyat sekitar kerajaan. Walaupun saat ini masih saja sebagian masyarakat yang mengkonsumsi ciu dengan beraneka ragam nama sesuai campuran: cikola (ciu + coca cola), ciut ( ciu + nutrisari ), cias (ciu + wedang asam ), ciu tiga dimensi ( ciu + bir + kratingdaeng ), ciu empat dimensi (ciu + bir + Kratingdaeng + Sprite), dan terakhir yang konon katanya berkhasiat yaitu kidungan ( ciu + air rendaman tanduk kijang ).


Bapak Sabariyono, ketua Paguyuban Pengrajin Alkohol
Namun demikian, bagi para perajin ciu telah digalakkan untuk memproduksi dalam kadar alkohol yang lebih tinggi yaitu 60%, 70%, dan 90%.  Sebagaimana yang dituturkan oleh ketua paguyuban pengrajin Ciu Bekonang Bapak Sabariyono, menaikkan kadar alkohol dimaksudkan untuk kebutuhan industri dan medis dan tidak lagi berorientasi sebagai minuman yang memabukkan. Merekapun menyebut dirinya sebagai pengrajin alkohol bukan pengrajin ciu

Adapun proses pembuatannya yaitu cairan berisi tetes tebu dilarutkan dalam proses fermentasi ke dalam bak
plastik lalu dimasukkan kedalam drum untuk dibakar di atas perapian.  kemudian drum-drum tersebut dihubungkan dengan pipa, lantas disalurkan melewati air dingin. Selanjutnya di ujung pipa ditempatkan jerigen untuk menampung air hasil sulingan. demikian sedikit penjelasan dari Bapak Sabariyono


Proses Awal, Proses Fermentasi

Proses Pembakaran
Proses Penyulingan

Hasil Akhir, Ditampung dalam Jerigen
Sumber: Bp. Sabariyono dan berbagai sumber

Jumat, 13 Juli 2012

Solo Batik Carnival V

Solo Batik Carnival (SBC) merupakan karnaval kostum dengan dominasi motif batik.  Karnaval ini telah menjadi agenda tetap gelaran di kota Solo. Gelaran yang diselenggarakan pada tanggal 30 Juni 2012 ini merupakan gelaran ke-5 dengan tema "Methamorphosis".

Senyum yang Tertahan



Putri Hemas

Pengejawantahan tema ini sebagai proses sebuah kain polos menjadi kain batik yang sudah jadi. Ada empat tahap yang dilalui selembar kain polos, mulai dari kain yang baru jadi, pemberian malam sesuai pola, pewarnaan, lalu kain batik jadi.  

Lirikan Unyu-Unyu


Hijau

Haaaiii !!
Peserta tidak hanya dewasa tapi anak-anak pun ikut meramaikan. Anak-anak ini tetap ceria walau mereka harus  bersiap sejak sore hingga malam dengan kostum yang cukup membebani.


Gelaran tahun ini bertempat di dua lokasi, indoor dan outdoor. Indoor menggunakan sistem tiketing dengan harga bervariasi sedangkan outdoor gratis dimana peserta berpawai dari stadion R. Maladi Sriwedari hingga Balaikota sebagai catwalknya.



 

Rabu, 21 Maret 2012

Grebeg Maulid

Gunungan Jaler
Gunungan Wadon
Add caption
Add caption
Add caption
Hiruk pikuk penonton
Grebeg Maulid adalah puncak acara peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW yang sebelumnya diadakan acara Sekaten. Istilah Sekaten sendiri berasal dari kata Syahadattain yang berisi syiar agama Islam yang dikemas dalam gending jawa.
Grebeg maulid ini ditandai dengan diaraknya gunungan dari keraton Kasunanan menuju Masjid Agung untuk didoakan dan diperebutkan oleh masyarakat. Gunungan terdiri dari dua jenis yaitu gunungan Jaler (laki-laki) berupa tumpukan sayur-mayur seperti kacang panjang, terong, wortel, dan tomat. Sedangkan gunungan Wadon (perempuan) berupa rengginang, yaitu nasi yang dikeringkan. 
Gunungan setelah di doakan di masjid Agung kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Mereka meyakini berkah dari gunungan tersebut.

The Red






Senin, 19 Maret 2012

MODEL

Rezha Restya Kusuma



Melihat... Memandang...Menatap
Terselubung

Menatap Keatas... Mencari keberadaan-Mu... Yang teryakini berada di atas... Tempat tertinggi yang tak terjangkau... Namun mata dan telinga-Mu begitu tajam... Hingga Kau selalu melihat dan mendengar, siapapun yang selalau mengagungkan-Mu
Kolaborasi