Senin, 17 September 2012

CIU BEKONANG

Ciu adalah minuman beralkohol yang  dibuat dari hasil fermentasi limbah cair dari proses pembuatan gula alias tetes tebu dengan kadar alkohol 30%.  Dinamakan Ciu Bekonang karena ciu ini dibuat di desa Bekonang Sukoharjo. Saat anda memasuki desa Bekonang telah tercium bau kecut yang memang merupakan sentra industri. Industri rumahan yang telah ada sejak dahulu secara turun temurun.  Pada jaman kepemimpinan raja-raja Surakarta dahulu, ciu selalu disajikan saat diadakan pesta panen raya maupun penyambutan tamu kerajaan dan dinikmati sampai mabuk oleh para punggawa kerajaan beserta rakyat sekitar kerajaan. Walaupun saat ini masih saja sebagian masyarakat yang mengkonsumsi ciu dengan beraneka ragam nama sesuai campuran: cikola (ciu + coca cola), ciut ( ciu + nutrisari ), cias (ciu + wedang asam ), ciu tiga dimensi ( ciu + bir + kratingdaeng ), ciu empat dimensi (ciu + bir + Kratingdaeng + Sprite), dan terakhir yang konon katanya berkhasiat yaitu kidungan ( ciu + air rendaman tanduk kijang ).


Bapak Sabariyono, ketua Paguyuban Pengrajin Alkohol
Namun demikian, bagi para perajin ciu telah digalakkan untuk memproduksi dalam kadar alkohol yang lebih tinggi yaitu 60%, 70%, dan 90%.  Sebagaimana yang dituturkan oleh ketua paguyuban pengrajin Ciu Bekonang Bapak Sabariyono, menaikkan kadar alkohol dimaksudkan untuk kebutuhan industri dan medis dan tidak lagi berorientasi sebagai minuman yang memabukkan. Merekapun menyebut dirinya sebagai pengrajin alkohol bukan pengrajin ciu

Adapun proses pembuatannya yaitu cairan berisi tetes tebu dilarutkan dalam proses fermentasi ke dalam bak
plastik lalu dimasukkan kedalam drum untuk dibakar di atas perapian.  kemudian drum-drum tersebut dihubungkan dengan pipa, lantas disalurkan melewati air dingin. Selanjutnya di ujung pipa ditempatkan jerigen untuk menampung air hasil sulingan. demikian sedikit penjelasan dari Bapak Sabariyono


Proses Awal, Proses Fermentasi

Proses Pembakaran
Proses Penyulingan

Hasil Akhir, Ditampung dalam Jerigen
Sumber: Bp. Sabariyono dan berbagai sumber

Jumat, 13 Juli 2012

Solo Batik Carnival V

Solo Batik Carnival (SBC) merupakan karnaval kostum dengan dominasi motif batik.  Karnaval ini telah menjadi agenda tetap gelaran di kota Solo. Gelaran yang diselenggarakan pada tanggal 30 Juni 2012 ini merupakan gelaran ke-5 dengan tema "Methamorphosis".

Senyum yang Tertahan



Putri Hemas

Pengejawantahan tema ini sebagai proses sebuah kain polos menjadi kain batik yang sudah jadi. Ada empat tahap yang dilalui selembar kain polos, mulai dari kain yang baru jadi, pemberian malam sesuai pola, pewarnaan, lalu kain batik jadi.  

Lirikan Unyu-Unyu


Hijau

Haaaiii !!
Peserta tidak hanya dewasa tapi anak-anak pun ikut meramaikan. Anak-anak ini tetap ceria walau mereka harus  bersiap sejak sore hingga malam dengan kostum yang cukup membebani.


Gelaran tahun ini bertempat di dua lokasi, indoor dan outdoor. Indoor menggunakan sistem tiketing dengan harga bervariasi sedangkan outdoor gratis dimana peserta berpawai dari stadion R. Maladi Sriwedari hingga Balaikota sebagai catwalknya.



 

Rabu, 21 Maret 2012

Grebeg Maulid

Gunungan Jaler
Gunungan Wadon
Add caption
Add caption
Add caption
Hiruk pikuk penonton
Grebeg Maulid adalah puncak acara peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW yang sebelumnya diadakan acara Sekaten. Istilah Sekaten sendiri berasal dari kata Syahadattain yang berisi syiar agama Islam yang dikemas dalam gending jawa.
Grebeg maulid ini ditandai dengan diaraknya gunungan dari keraton Kasunanan menuju Masjid Agung untuk didoakan dan diperebutkan oleh masyarakat. Gunungan terdiri dari dua jenis yaitu gunungan Jaler (laki-laki) berupa tumpukan sayur-mayur seperti kacang panjang, terong, wortel, dan tomat. Sedangkan gunungan Wadon (perempuan) berupa rengginang, yaitu nasi yang dikeringkan. 
Gunungan setelah di doakan di masjid Agung kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Mereka meyakini berkah dari gunungan tersebut.

The Red






Senin, 19 Maret 2012

MODEL

Rezha Restya Kusuma



Melihat... Memandang...Menatap
Terselubung

Menatap Keatas... Mencari keberadaan-Mu... Yang teryakini berada di atas... Tempat tertinggi yang tak terjangkau... Namun mata dan telinga-Mu begitu tajam... Hingga Kau selalu melihat dan mendengar, siapapun yang selalau mengagungkan-Mu
Kolaborasi



MODEL

Menanti
Indah Ku Tatap Masa Depan


Bersandar   
Wanda Belinda Saraswati

Sabtu, 10 Maret 2012

MAWAR





Mawar dalam Selubung Senja



Rangkaian lembar-lembar mahkotamu begitu cantik dan menawan
Harummu menebar, mengundang rasa tuk segera menghampiri dan menciummu

Mawar, sejenak tak perlu kupandangi durimu
Duri yang mampu menggores luka
Karena bungamu lebih menyentuh kalbuku
Toh...Duri itu takkan pernah melukai, bila diperlakukan penuh kasih dan sayang
Mawar...Indahmu tlah memaksa siapapun untuk mengagumimu

PINTU ITU





 Mengapa pintu itu begitu rapat kau tutup? 
Tidakkah kau ingin buka barang sedikit saja?

Memang ... Segala keputusan ada alasan
Tapi...Coba bukalah barang sedikit saja
Kau kan rasakan angin sepoi nan menyejukkan
Tatapan tulus dan senyum hangat di seberang sana

Jangan pernah kau tutup terlalu rapat pintu itu
Sudah kau gembok, masih kau beri kayu penguat
 

Jangan
Apalagi kunci pembuka sampai kau lempar ke lautan agar kau tak dapat menemukannya kembali
 

Jangan
Jangan terlalu rapat menutup pintu itu
karena suatu saat nanti, saat hati telah mampu berada di titik kedamaian
kau pun akan ingin membukanya kembali

Kamis, 08 Maret 2012

YOGYAKARTA

Taman Sari

Taman Sari

Taman Sari

Keraton

Pelukis Keramik di Malioboro

Stasiun Tugu
Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat Provinsi di Indonesia yang meliputi [Negara] Kesultanan Yogyakarta dan [Negara] Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2

Artikel lengkapnya: http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta

Rabu, 07 Maret 2012

TERPERANGKAP

Tanpa kusadari, saat kapal ku kayuh melaju ke arah berantah
Kapalku terperangkap, diantara rerimbunan dedaunan tak bermusim

Seketika ku coba kayuh mundur kapalku, ternyata rerimbunan itu telah mengunciku dari segala penjuru
Bak sepeleton pasukan, mereka tlah satu komando tuk menghadang kapalku dari segala arah

Aku dan Kapalku benar-benar terperangkap dalam tawanannya
Kucoba berdamai tuk saling memahami
Wahai rerimbunan daun tak bermusim
lepaskan aku dan kapalku, tak ada niat mengganggumu apalagi menyakitimu
Aku dan kapalku bukanlah ancaman bagimu

Diam...tetap diam
Baiklah
Engkau tlah berhasil menawan ragaku tapi tidak jiwaku
Demi LANGIT dan BUMI, demi DELAPAN ARAH MATA
ANGIN
Tak kubiarkan diriku dalam tawananmu... Perangkapmu.

TERTUNDUK

I Nyoman Sura @ SIPA
Malu... sebuah kata berbingkai rasa yang memaksaku untuk tertunduk
Malu melihat carut marut negeriku
Tercakar oleh ulah para pengemban amanah

Negeriku yang begitu kaya, elok, dan mempesona
Tlah tergadaikan oleh nafsu keserakahan
Liliput-liliput makin tersudut
Raksasa makin berkuasa

Duh Gusti
Mengapa negeriku kini dikuasai SENGKUNI, BRUTUS, dan KEN AROK
Lelakon apakah ini?

I Nyoman Sura

I Nyoman Sura lahir di Kesiman, Denpasar, Bali, 10 April 1976. Seorang penari sekaligus penata tari kontemporer.  Sejak kanak-kanak dia belajar tari Bali tradisional. Minat kreatif itu menuntunnya kuliah di STSI Denpasar, di mana dia memperdalam pengetahuan tari dan koreografi. Tahun 2009 dia menempuh pendidikan S-2 Penciptaan Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Sura banyak menyerap ide atau inspirasi dari seni tradisi, khususnya tradisi Bali. Baginya, seni tradisi merupakan sumber inspirasi yang tak pernah habis untuk digarap. Tradisi memberi  inspirasi dalam gerak, kostum, cerita, sejarah, dan berbagai aspek koreografi yang lain.
 Karya Sura antara lain The Lost (2010), Sri Tanjung (2009), Soul of Ravana (2007), Merah (2006), Lanying (2005), dan Ritus Legong (2002)

 I Nyoman Sura @ Solo International Performing Arts (SIPA) ke-3